Portofolio 1 - Penyelenggaraan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

TVET (Technical and Vocational Education and Training)

Strategi pembelajaran TVET dikembangkan memperhatikan sasaran yang tepat, tujuan yang jelas, kompetensi dan indikator kinerja yang jelas, serta transformasi pencapaian misi dan visi TVET Abad XXI yang terukur. Strategi pembelajaran TVET dikembangkan memperhatikan daya dukung sumberdaya yang tersedia di lapangan. Pembelajaran TVET yang baik adalah pembelajaran yang berdampak pada diri dan masa depan peserta didik dalam kehidupan sosial, ekonomi, seni, budaya, teknologi, dan pemeliharaan lingkungan alam. Pembelajaran TVET Abad XXI membutuhkan peningkatan dampak daripada sekedar output. Dampak penting dari pembelajaran TVET adalah terbentuknya identitas profesi atau keahlian seseorang. Terbentuknya kevokasian atau kapasitas kerja seseorang yang dibutuhkan oleh dunia kerja dan masyarakat merupakan tujuan TVET. Strategi pembelajaran TVET dirancang untuk peningkatan dampak nyata bagi peserta didik. TVET merupakan pendidikan bersertifikat skill terstandar dunia kerja, dihargai kompetensinya, berkembang karirnya dn memperoleh kesejahteraan (sumber: Sudira, Putu. 2016. TVET Abad XXI Filosofi,Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional. Yogyakarta: UNY Press)

Penyelenggaraan TVET saat ini.

Gambar. Kegiatan Praktik Keahlian TLM (Dokumentasi pribadi, 2020)


TAKSONOMI BLOOM - Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

Taksonomi Bloom merupakan susunan yang terinci guna mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.

Gambar. Taksonomi Bloom (Lembaga Edukasi - Universitas Kristen Maranatha)


- Ranah Kognitif
    
Ranah Kognitif berfokus pada pembelajaran dalam peningkatan ilmu pengetahuan peserta didik. Pembelajaran dengan mengedepankan teori dan keilmuan dalam berfikir peserta didik. Proses berfikir ini bertingkat dari ranah C1 hingga C6. 

- Ranah Afektif

Ranah Afektif berfokus pada peningkatan nilai-nilai spiritual, sikap dan perilaku akhlak mulia (soft skill). Peserta didik diharapkan mampu menempatkan diri dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan nilai-nilai sikap yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Sikap budaya kerja dan akhlakul karimah merupakan salah satu poin penting dalam penerapan ranah afektif.


- Ranah Psikomotorik

Ranah Psikomotorik berfokus pada peningkatan keterampilan bertindak peserta didik dalam mengasah kemampuan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Hard skill peserta didik akan nampak dengan pembelajaran yang berfokus pada psikomotorik dengan hasil keterampilan yang mumpuni,


Ranah Taksonomi Bloom apa yang sesuai dengan jenjang SMK?

Menurut Wardiman Djojonegoro (1998,p.2 dalam Nurtanto M, 2015), tujuan dan manfaat pendidikan kejuruan dijelaskan dalam 9 karakteristik yaitu: (1) mempersiapkan memasuki lapangan kerja, (2) deman-dreven, (3) isi pendidikan ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai, (4) penilaian pada hand-on, (5) hubungan dunia kerja, (6) responsif dan atisipatif terhadap kemajuan teknologi, (7) menekankan learning by doing dan handon eksperimence, (8) memerlukan fasilitas mutakhir untuk praktik, dan (9) memerlukan biaya investigasi dan oprasional.

Dari penjelasan tersebut dapat terlihat bahwa lulusan kejuruan diharapkan dapat memasuki dunia kerja dengan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dewasa ini nampak bahwa hasil evaluasi kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan oleh peserta didik di dunia kerja, beberapa dunia kerja lebih mengedepankan aspek sikap (afektif). Padahal, ditinjau dari tujuan SMK yang berbeda dengan SMA, SMK lebih mengedepankan aspek keterampilan (psikomorik) dibandingkan SMA yang lebih mengutamakan aspek teori pengetahuan (kognitif).

Berapa Porsi Kognitif, Psikomotorik dan Afektif untuk SMK?

Melihat tujuan dari SMK yang membutuhkan lulusan terampil dan siap kerja, maka aspek psikomotorik memilki porsi yang sangat besar dibandingkan aspek yang lain. Beberapa pendapat menyebutkan bahwa setelah aspek psikomotorik, diikuti oleh afektif baru dengan aspek kognitif. Namun, bila meninjau dari pemaparan kebutuhan tujuan SMK dari pemerintah yang menyarankan SMK 80% praktik dan 20% teori, bagaimana dengan aspek asfektif?

Pertimbangan evaluasi dari dunia kerja yang telah melakukan link and match dengan lembaga pendidikan tentunya perlu dipertimbangkan. Dunia kerja lebih mengedepankan aspek sikap budaya kerja yang utama dan harus dimiliki oleh peserta didik yang akan terjun di dunia kerja. Maka, dapat dikatakan bahwa porsi afektif dan psikomotorik dapat saling sejajar. Karena, dalam penerapan peningkatan keterampilan tetap harus diimbangi budaya kerja. Barulah aspek kognitif dapat ditingkat seiring berjalan proses pembelajaran.

MODEL PEMBELAJARAN PTK - Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Di Indonesia saat model pembelajaran yang digunakan yaitu model 3. Model 3 ini disebut juga model pasar dikontrol pemerintah (state controlled market) dan model inilah yang disebut model sistem ganda (dual system) sistem pembelajaran yang dilaksanakan di dua tempat yaitu sekolah kejuruan serta perusahaan yang keduanya bahu membahu dalam menciptakan kemampuan kerja yang handal bagi para lulusan pelatihan tersebut.

LINK AND MATCH - SEKOLAH X DUNIA KERJA

Dengan model 3. Maka lembaga pendidikan berkolaborasi dengan dunia kerja untuk melihat kebutuhan dunia kerja sebenarnya. Lembaga pendidikan yang tetap dipantau oleh pemerintah melakukan penyelarasan dengan dunia dari segi Kurikulum, Sarana Prasaranana, Budaya Kerja, hingga kebutuhan keterserapan lulusan yang akan diminta. Dengan kolaborasi seperti ini, diharapkan lembaga pendidikan dapat benar-benar menyiapkan lulusan yang terampil dan siap kerja.


Berikut Link untuk mengunduh video

Penjelasan Pentingnya Link and Match - Pendidikan dan Industri



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Vokasi

[Pendidikan Vokasi][bsummary]

Media Pembelajaran

[Media Pembelajaran][twocolumns]