Portofolio 4 - Landasan Filosofis PTK

TEORI BELAJAR YANG TEPAT DI ERA GLOBAL YANG PADAT


Mengenal 4 Teori Belajar

1. Teori Behaviorisme


            
Dalam penerapan teori ini di lembaga sekolah. Guru menganggap bahwa peserta didik merupakan lembaran kosong yang perlu diberikan isi tulisan tentang berbagai hal yang harus mereka kuasai. Kuasa penuh disini adalah guru yang memegang kendali stimulus apa yang akan diberikan kepada peserta didik.

Stimulus yang diberikan oleh guru dapat berupa latihan-latihan yang dilakukan secara berulang, guna menjadi memori pada peserta didik sehingga peserta didik benar-benar mampu.


2. Teori Kognitivisme


Dalam penerapan teori ini di lembaga sekolah. Guru dapat menerapkan teori belajar ini dengan cara metode discovery dan inquiry learning. Peserta didik diberikan stimulus oleh guru dan peserta didik melakukan proses pencarian informasi guna mendukung informasi yang didapatkannya.


3. Teori Konstruktivisme


Dalam penerapan teori ini di lembaga sekolah. Guru memberikan permasalahan kepada peserta didik, dan peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam teori yaitu dengan metode pembelajaran PJBL dan PBL di sekolah.


4. Teori Konektivisme


Dalam penerapan teori ini di lembaga sekolah. Peserta didik benar-benar terjun dalam dunia kerja dan membangun koneksi dalam jaringan kehidupannya. Sebagai contoh dengan pembelajaran Teaching Factory, peserta didik belajar membangun dan mengelola TEFA dengan saling bertukar pikiran dan bekerja sama tidak hanya dengan guru namun dengan rekan kerjanya.
Pembelajaran pada dunia kerja seperti On Job Training (magang) merupakan salah satu penerapan teori konektivisme yang dapat diterapkan oleh peserta didik saat mereka terjun di dunia kerja.

SOLUSI : PERSONAL NETWORT LEARNING (PLN)


GURU DAN SISWA - Bersama-sama berkomitmen untuk saling mendukung satu sama lain. Dengan era yang semakin Global, maka setiap individu akan dituntut untuk mampu mengikuti dan menempatkan diri sesuai dengan kebutuhan saat ini. Saat ini semua indvidu baik guru maupun siswa sama-sama mampu memasuki dalamnya dunia jejaring internet. Maka dari itu, peluang dengan kesamaan yang terikat antara guru dan siswa dapat menjadi salah satu solusi alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran yang lebih inovatif dan menyenangkan.


Video penjelasan lebih lanjut tentang teori belajar di era new normal yang disampaikan oleh Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta : 
Bapak Dr. Muchlas, M.T



Bagaimana dengan implementasi dalil Charles Prosser ke-2 dan ke-16  pada pendidikan vokasi di Indonesia?

Dalil 2 :Pendidikan kejuruan yang efektif hanyadapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang samaseperti yang ditetapkan di tempat kerja.
Dalil 16 :Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.

Dalil Charles Prosser ke-2 dan ke 16 yang menyebutkan bahwa pendidikan efektif hanya akan diberikan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti di tempat kerja. Apabila biaya yang dibutuhkan tidak dipenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan. Dalam penerapan pendidikan vokasi di Indonesia tentunya pembelajaran untuk jenjang SMK di awal pasti akan memenuhi minimal kesamaan cara, alat, dan mesin dengan dunia kerja. 

Permasalahan muncul apabila cara, alat dan mesin yang digunakan tidak sesuai dengan dunia kerja, maka disini peran pemerintah yang memberikan dukungan kepada lembaga pendidikan untuk melakukan link and match yang benar-benar dengan dunia kerja. Link and match yang akan dilakukan tidak hanya sebatas mencatat kebutuhan alat saja atau dana yang dibutuhkan, namun akan terbentuk kolaborasi dengan dunia kerja. Lembaga sekolah memiliki standar minimal sarana yang sama dengan dunia kerja, namun tidak sebatas cukup denga itu saja, sekolah tetap harus melakukan upgrade ilmu. Dengan adanya link and match, permasalahan pada prosser ke 16 dapat terminimalisir dengan keterlibatan dari dunia kerja.

Sekolah dapat beroperasi terlebih dahulu dengan peralatan yang minim. Namun, kategori minim disini antara sekolah satu dengan yang lain tentunya tidak sama. Dalam masalah tersebut, saya lebih mengedepankan bahwa sekolah dapat benar-benar dapat dilanjutkan beroperasi bila minimal memiliki peralatan kompetensi yang sama dengan dunia kerja yang dapat digunakan minimal 5 anak secara bergantian. Hal tersebut sesuai dengan borang/standar yang ada dalam daftar sarana dan prasarana minimal yang harus diterapkan. Seiring berjalannya waktu, maka pembelajran akan dapat dilakukan dengan terus menambahkan saran yang lebih banyak dan dapat didukung oleh dunia kerja yang sesuai. Jadi, tidak serta merta dengan kata minimal dapat berlanjut maupun tidak dapat dilanjut.

DENGAN KERJASAMA YANG BAIK, DUNIA KERJA AKAN MENDUKUNG PROSES PENINGKATAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK

Kegiatan Outing Class Teknologi Laboratorium Medik dengan UDD PMI Kabupaten Lumajang





Sumber :
1. Materi seminar Bapak Dr. Muchlas, MT (Rektor Universitas Ahmad Dahlan)
2. Youtube Universitas Ahmad Dahlan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Vokasi

[Pendidikan Vokasi][bsummary]

Media Pembelajaran

[Media Pembelajaran][twocolumns]